Kalangan muda ASEAN punya beberapa ksempatan tuk temu dan saling
sajikan bberapa acara lagu dan tari. Mreka perhatikan dan beri pendapat
atas sajian yang dilihat dan dirasakan mreka stelah mlihat sajian re-rekan
mreka dari suatu negri ASEAN tertentu.
Indonesia yang mempunyai banyak macam lagu dan tari tu tentu mendapatkan
perhatian sus. Dalam acara tari, perhatian a.l. jatuh pada tari dari Indonesia
Timur bernama "Sajojo". Ada bbrapa hal mnarik pada tari ni. Tari ni ngutamakan
gerak kaki dan tangan, biasa juga ditarikan bersama dan tiap penari dapat
bergerak ke kiri/kanan/muka atau blakang atau maju-serong kanan/kiri,
mundur-serong kiri/kanan dengan ketegasan greak. Tari ni dapat ditarikan oleh
30,50 orang atau lebih skali gus, tanpa bersentuhan dengan penari lainnya.
Setiap penari upayakan kesamaan geraknya dengan para penari lainnya.
Dari ci-ciri di atas sudah dapat dilihat bahwa "Sajojo" dapat merupakan tarian
tuk nyampaikan pesan slamat datang pada para tamu. Kerna tu gunanya
hampir sama dengan tarian/silat "Galembong"(?) suatu tari/silat penyambut
tamu dan nuntun mreka ke tempat utama upacara. Dalam hubungan dengan
"Sajojo" para tamu tidak lagi perlu dituntun ketempat upacara kerna sudah
ada di tempat.
Sajojo dengan gitu punya bbrapa klebihan kerna dapat jadi tari masal yang
dilakukan sjumlah besar penari, dapat ditarikan oleh siapa saja, tua-muda,
pria maupun prempuan, tamu yang dapat segera bersatu dalam tari dengan
tuan rumahnya. Tari ni bebas dari gerak ngegol sperti banyak terdapat pada
tarian bermusik dangdut yang bisa mlesat ke goyang ngebor ( yaitu gerakan
bergoyang amat seksi). Keindahan Sajojo terletak pada kesamaan/keserasian
gerak para penari secara keseluruhan. Tidak ada penari-utama dalam tarian ni.
Tidak ada olah-gerak oleh penari wanita yang akan mendebarkan penonton pria.
Kerna tu Sajojo akan dapat diterima oleh kalangan manapun dan tak akan
dapat tantangan dari para penjaga cita-rasa baik yang teradat.
Kelebihan lanjut Sajojo adalah: gerak yang dinamis, kesertaan siapa saja
dengan gerak yang sama juga dan setiap penari berkepentingan menjaga
geraknya agar menyatu dalam satu gerak bersama. Tuntutan yang diminta
pada tiap penari Sajojo membuat tiap penari merasa hanya sebagai peserta
biasa dengan tugas sama dengan berbagai penari lainnya dalam keserasian
gerak sbagai tujuan bersama. Sajojo membuat tiap penari mrasa bagian
tak terpisahkan dari klompok tari tu.
Suasana kejiwaan yang ada pada Sajojo bermanfaat tuk memupuk rasa
kesatuan tugas berbagai penari dalam tarian yang dapat diperluas menjadi
rasa kesatuan tugas tiap orang dalam klompok masyarakat/kerjanya.
Hal ni bermanfaat dalam hubungan antar anggota kolompok masyarakat/kerja
sebagai pengemban tanggung jawab yang setingkat kerna tak menekankan
pada perbedaan tugas. Sajojo dengan gitu bermanfaaat tuk memupuk cita
rasa demokrasi. Ngkali suasana ni dapat juga dirasakan oleh para peninjau
ASEAN tu.
Sorang Menteri Indonesia sekitar 15 tahun y.l. telah berusaha membuat tari
dan musik dangdut jadi anutan di kantornya dan para bawahannya sudah
tanggap cepat dengan kmampuan blajar nari dangdut. Perkembangan Dangdut
di Indonesia yang dimulai dari Inul dengan goyang ngebornia mbuat Dangdut tak
mudah tuk diterima oleh siapa saja. Dangdut mudah ketularan "strip tease" bule.
Ba-baru ni kubaca sorang Puan yang Menteri Pendayaan Prempuan di
Indonesia menarikan Sajojo di kantornya. Sajojo yang tak nuntut gerakan sus
jantan/betina tu pasti dapat diterima oleh setiap warga kementeriannia.
Ku tak akan heran kalau sbagian besar pegawai kementrian ybs sudah
mampu ber Sajojo. Ku dengar bahwa sejak 16 tahun y.l. suatu Kementerian
Pusat di Jakarta telah memakai Sajojo sebagai tarian tuk kalangan mudanya.
sajikan bberapa acara lagu dan tari. Mreka perhatikan dan beri pendapat
atas sajian yang dilihat dan dirasakan mreka stelah mlihat sajian re-rekan
mreka dari suatu negri ASEAN tertentu.
Indonesia yang mempunyai banyak macam lagu dan tari tu tentu mendapatkan
perhatian sus. Dalam acara tari, perhatian a.l. jatuh pada tari dari Indonesia
Timur bernama "Sajojo". Ada bbrapa hal mnarik pada tari ni. Tari ni ngutamakan
gerak kaki dan tangan, biasa juga ditarikan bersama dan tiap penari dapat
bergerak ke kiri/kanan/muka atau blakang atau maju-serong kanan/kiri,
mundur-serong kiri/kanan dengan ketegasan greak. Tari ni dapat ditarikan oleh
30,50 orang atau lebih skali gus, tanpa bersentuhan dengan penari lainnya.
Setiap penari upayakan kesamaan geraknya dengan para penari lainnya.
Dari ci-ciri di atas sudah dapat dilihat bahwa "Sajojo" dapat merupakan tarian
tuk nyampaikan pesan slamat datang pada para tamu. Kerna tu gunanya
hampir sama dengan tarian/silat "Galembong"(?) suatu tari/silat penyambut
tamu dan nuntun mreka ke tempat utama upacara. Dalam hubungan dengan
"Sajojo" para tamu tidak lagi perlu dituntun ketempat upacara kerna sudah
ada di tempat.
Sajojo dengan gitu punya bbrapa klebihan kerna dapat jadi tari masal yang
dilakukan sjumlah besar penari, dapat ditarikan oleh siapa saja, tua-muda,
pria maupun prempuan, tamu yang dapat segera bersatu dalam tari dengan
tuan rumahnya. Tari ni bebas dari gerak ngegol sperti banyak terdapat pada
tarian bermusik dangdut yang bisa mlesat ke goyang ngebor ( yaitu gerakan
bergoyang amat seksi). Keindahan Sajojo terletak pada kesamaan/keserasian
gerak para penari secara keseluruhan. Tidak ada penari-utama dalam tarian ni.
Tidak ada olah-gerak oleh penari wanita yang akan mendebarkan penonton pria.
Kerna tu Sajojo akan dapat diterima oleh kalangan manapun dan tak akan
dapat tantangan dari para penjaga cita-rasa baik yang teradat.
Kelebihan lanjut Sajojo adalah: gerak yang dinamis, kesertaan siapa saja
dengan gerak yang sama juga dan setiap penari berkepentingan menjaga
geraknya agar menyatu dalam satu gerak bersama. Tuntutan yang diminta
pada tiap penari Sajojo membuat tiap penari merasa hanya sebagai peserta
biasa dengan tugas sama dengan berbagai penari lainnya dalam keserasian
gerak sbagai tujuan bersama. Sajojo membuat tiap penari mrasa bagian
tak terpisahkan dari klompok tari tu.
Suasana kejiwaan yang ada pada Sajojo bermanfaat tuk memupuk rasa
kesatuan tugas berbagai penari dalam tarian yang dapat diperluas menjadi
rasa kesatuan tugas tiap orang dalam klompok masyarakat/kerjanya.
Hal ni bermanfaat dalam hubungan antar anggota kolompok masyarakat/kerja
sebagai pengemban tanggung jawab yang setingkat kerna tak menekankan
pada perbedaan tugas. Sajojo dengan gitu bermanfaaat tuk memupuk cita
rasa demokrasi. Ngkali suasana ni dapat juga dirasakan oleh para peninjau
ASEAN tu.
Sorang Menteri Indonesia sekitar 15 tahun y.l. telah berusaha membuat tari
dan musik dangdut jadi anutan di kantornya dan para bawahannya sudah
tanggap cepat dengan kmampuan blajar nari dangdut. Perkembangan Dangdut
di Indonesia yang dimulai dari Inul dengan goyang ngebornia mbuat Dangdut tak
mudah tuk diterima oleh siapa saja. Dangdut mudah ketularan "strip tease" bule.
Ba-baru ni kubaca sorang Puan yang Menteri Pendayaan Prempuan di
Indonesia menarikan Sajojo di kantornya. Sajojo yang tak nuntut gerakan sus
jantan/betina tu pasti dapat diterima oleh setiap warga kementeriannia.
Ku tak akan heran kalau sbagian besar pegawai kementrian ybs sudah
mampu ber Sajojo. Ku dengar bahwa sejak 16 tahun y.l. suatu Kementerian
Pusat di Jakarta telah memakai Sajojo sebagai tarian tuk kalangan mudanya.